SEKAPUR SIRIH
 
Y.M. Dr. Heinz Fischer
Presiden Federal, Republik Austria 

 

Yang terhormat,
Para peserta dialog lintas agama
Yang berbahagia kawan-kawan semua! 

 
Ini merupakan kebanggaan untuk saya dapat menyambut anda semua di Wina dan saya mengucapkan terima kasih kepada ketua panitia penyelenggara, Dr. Franz Vranitzky, yang telah mengundang saya pada acara ini. 

  Juga merupakan kebanggaan tersendiri untuk saya karena dapat menyambut secara langsung Mantan Konselor Federal Jerman, Helmut Schmidt, Ketua Kehormatan Dewan InterAction dan saya juga mengucapkan terima kasih karena beliaulah yang menyarankan per- temuan ini untuk dilaksanakan di Wina. Kami semua merasa terhormat atas kedatangan beliau, Konselor Schmidt, pada pertemuan ini. 
  Dan saya mengucapkan selamat datang pada seluruh tamu dan peserta yang terhormat yang menghadiri pertemuan dan dialog ini. 
Hadirin sekalian!

  Pelaksanaan dialog lintas budaya dan agama telah menjadi prioritas
utama Austria selama bertahun-tahun.

  Masyarakat Austria telah dikenal sebagai masyarakat yang me-
miliki beragam budaya, agama, tradisi, dan bahasa. Pada pergantian abad 19 ke 20, Wina dulunya adalah sebuah kerajaan yang terdiri dari 15 bangsa mulai dari bagian utara Italia sampai daerah barat Ukraina dan dari Republik Ceko sampai beberapa bagian dari Rumania hari ini. Para anggota Parlemen Austria pada tahun 1914 adalah mereka yang menjadi kepala negara dari empat negara berbeda pada tahun selanjutnya. Mereka adalah de Gasperi dari Itali, Mazaryk dari Republik Ceko, Pilsudski dari Polandia dan Karl Renner dari Austria. Hidup berdampingan dan kerja sama antarnegara dan agama telah menjadi bagian dari keseharian—bukan tanpa perselisihan sama sekali, tetapi tetap menghormati dan menjalankan peran dalam kerukunan dan kerja sama tersebut. 
  Sebagai contoh pada tahun 1912 Austria adalah negara pertama yang mengakui Islam sebagai salah satu agama yang diakui negara dan hukum—dan ini merupakan langkah yang sangat progresif. 
  Saat ini, tepatnya 100 tahun kemudian, demografi telah berubah drastis karena pengaruh globalisasi dan migrasi. 
  Ketegangan-ketegangan yang muncul antarbudaya dan agama yang berbeda telah menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut, Austria beranggapan bahwa dialog dan pertukaran adalah suatu cara yang efektif untuk meruntuhkan tembok penghalang perbedaan dan memperkuat semangat pluralisme dan kerukunan. 
  Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang berhubungan dengan kegiatan dan kerja sama lintas budaya, kami menjawabnya dengan memprakarsai program-program bilateral atau multilateral. Selain beberapa tujuan lain dari program tersebut, tujuan utama dari program-program ini terletak pada pengenalan dan penekanan nilai- nilai bersama, seperti perdamaian, saling hormat-menghormati, dantoleransi antarkelompok masyarakat yang berbeda. Komitmen ini dapat dijelaskan dengan beberapa contoh di bawah ini: 

  Pertama, Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNAOC) menciptakan sebuah prakarsa yang sangat berpengaruh luas sehingga menghasilkan landasan untuk pertukaran lintas budaya. Sebagai negara pendukung UNAOC, Austria telah menjadi tuan rumah Global Forum ke 5 pada bulan Februari 2013 di Wina. Forum tersebut bertemakan “Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab dalam Keberagaman dan Dialog.” 
  Kedua, sebagai negara anggota pendiri, Austria mendukung Pusat Dialog Lintas Agama dan Budaya Internasional King Abdullah Bin Abdul Aziz (KAICIID) yang berkantor pusat di Wina sejak akhir tahun 2012. 
  Izinkanlah saya memberikan sedikit sambutan tentang Austria pada saat ini: 
  Pemerintah kami saat ini dibentuk berdasarkan hasil pemilihan parlemen yang dilaksanakan pada tanggal 9 September 2013. Pemerintahan ini masih merupakan koalisi besar antara Demokrat Sosialis dan Demokrat Kristen. Namun sejak rezim Bruno Kresiky kedua partai tersebut kalah hampir setengah dari suara yang mereka dapatkan. Pada tahun 1975, Demokrat Sosialis dan Konservatif mendapatkan 123 dari 183 kursi (66.35% suara) dan pada saat itu hanya tiga partai yang menduduki parlemen. Saat ini, Demokrat Sosialis dan Demokrat Kristen mendapatkan 52% suara dan kami saat ini memiliki enam partai di parlemen. 
  Prediksi pemilihan di Eropa dalam dua bulan ke depan adalah tiga partai, yaitu Demokrat Sosialis, Demokrat Kristen, dan Partai Kebebasan memiliki peluang yang sama untuk memenangkan 23 sampai 25% suara. 
  Tokoh-tokoh ekonomi Austria terus memperlihatkan kehebatan mereka. Prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 adalah sekitar 1.5% dan angka pengangguran adalah sekitar 5%. Ini merupakan angka terbaik di seluruh Uni Eropa. 
  Berdasarkan proyeksi terbaru, inflasi yang akan terjadi pada tahun 2014 di Austria berada di bawah angka 2% (dengan kisaran antara 1,6% sampai 1,9% berdasarkan proyeksi sebenarnya). Di Austria, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita adalah 37.007 Euro pada tahun 2013 (Jerman: 33.350). Angka pertumbuhan ekspor kami adalah sekitar 5%. 56 Euro dari 100 Euro kami dapat dari sektor ekspor. Hampir sepertiga dari total ekspor kami teralokasi ke negara Jerman. Sisanya, 30% ekspor kami teralokasi ke negara-negara lain yang tergabung dalam Uni Eropa, 10% ke Asia, dan 10% ke Amerika Utara dan Selatan. 
  Para hadirin sekalian, saya tidak ingin berlama-lama lagi, hanya saja saya perlu menyampaikan bahwasanya saya sangat mendukung alasan dan tujuan yang mendasari pertemuan ini: bahwasanya usaha-usaha untuk memfasilitasi dialog lintas agama dan budaya harus dilaksanakan tidak berdasarkan politik dan bukan kepentingan pribadi. Usaha dan kerja keras kita ini harus dipandang sebagai usaha yang berkelanjutan dan harus dipertimbangkan sebagai prioritas utama dalam pembuatan kebijakan. Jika itu dilaksanakan maka kita pasti akan berhasil untuk mengembangkan sikap saling hormat menghormati dalam perbedaan dan memahami apa itu perbedaan dan mulai untuk menciptakan masyarakat yang rukun dalam keberagaman. 
  Terima kasih atas perhatian hadirin sekalian dan sekali lagi selamat datang untuk semua. 


PENGHORMATAN UNTUK KONSELOR SCHDMIT
Y.M. Valery Giscard d’Estaing
Mantan Presiden Prancis 


Aula Kota Wina 

Yang terhormat Walikota dan Gubernur Wina, Tuan Haupl,
Yang terhormat para menteri,
Yang terhormat anggota IAC,
Yang terhormat para pemimpin agama dan teologi,

Yang terhormat, Hadirin sekalian 
 
Saya sangat senang dapat hadir pada malam ini, di aula kota yang megah ini bersama anda semua dan saya ucapkan terima kasih kepada Walikota dan Gubernur Wina, Michael Haupl, atas undangannya. 
  Kita baru saja membahas sebuah topik yang menarik tentang etika dalam pengambilan keputusan hari ini. Dan adanya para Profesor dan ahli hebat di bidangnya pada diskusi kita ini telah menghadirkan sebuah pembahasan yang kaya dan sangat berguna. 
  Namun, malam ini, topik yang akan menjadi perhatian kita semua adalah tentang Helmut Schmidt. Dan saya sangat bahagia karena diantara kita semua, saya lah yang diberikan kepercayaan untuk mem- berikan testimoni kita semua untuk sahabat kita, Helmut. 
  Berbicara tentang etika, kita dapat mengartikan apa itu tindakan beretika ketika tindakan tersebut memberikan banyak kebaikan tanpa harus merugikan orang lain. Saya akan selalu mengingat prinsip ini dalam pujian saya kepada Helmut. 
  Tentunya, Helmut pantas mendapatkan penghormatan dari kita semua. Beliau telah menunjukkan semangat dan konsistensi dalam tindakannya sebagai kepala negara Jerman. 
  Adalah pada saat Helmut Schmidt menjadi Konselor, Jerman dapat mengembalikan reputasinya yang telah benar-benar terpuruk karena kekejaman perang dan kejahatan yang terjadi selama perang tersebut dan berhasil menjadi salah satu negara hebat kembali. Tentunya, pemulihan reputasi ini merupakan hasil kerja keras yang dimulai dengan manajemen demokrasi yang kuat oleh Konselor Adenauer; kerja keras ini diteruskan dengan usaha yang sangat berani dari orang- orang Jerman dalam mengkritisinya secara mendalam. Namun, adalah Helmut Schmidt lah yang pada akhirnya mengakhiri seluruh proses tersebut sampai pada keadaan Jerman saat ini. Ini semua berkat keahlian seorang Helmut yang memadukan kompetensi, kesederhanaan, dan penilaian yang baik. Orang-orang Jerman bisa kembali tersenyum karena pada akhirnya Jerman dapat memulihkan reputasinya. 
 
Dan keadaan internasional pada saat itu sedang tidak kondusif 
  Perpecahan di negara Soviet mulai muncul selama krisis di Polandia yang membuat Brezhnev dan kabinetnya bingung menentukan sikap. Helmut Schmidt pada saat itu berperan dalam pencegahan pengambilan kebijakan intervensi militer. Pada saat yang bersamaan, beliau juga mengkritisi langkah politik Soviet yang melakukan intervensi militer ke Afghanistan, yang pada akhirnya dianggap membuang waktu dan
energi mereka sendiri tanpa ada hasil positif sama sekali.

  Sikapnya ini telah membawanya pada sebuah pendapat yang baru tentang peran Amerika Serikat. Hingga hari itu, sikap para pemimpin Amerika kepada Jerman seakan-akan Jerman tunduk pada Amerika: Amerika seakan-akan masih menentukan apa yang Jerman harus lakukan. Helmut Schmidt dengan sabar mencari cara untuk membebaskan negara nya dari kekangan ini. Beliau merasa harus melakukan itu karena beliau mendapati ketidaktegasan Carter Adminis- tration dalam masalah-masalah sensitif seperti bom nuklir dan pelarangan partisipasi pada Olimpiade di Moscow yang pada awalnya meminta dukungan dari Jerman tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba membatalkan rencananya tanpa ada penjelasan sedikit pun. 
  Hal ini membuat Helmut Schmidt yakin bahwa negara Eropa— yang pada saat itu beranggotakan sembilan dan setelah itu sepuluh— harus memiliki fondasi politik yang kuat. 
  Selain itu, masalah konsistensi—yang diartikan sebagai tidak adanya kontradiksi—juga menjadi permasalahan yang mendorong beliau untuk terus berusaha untuk Jerman. Helmut Schmidt adalah orang Eropa yang sangat yakin dan kuat. 

Anda setuju kan?

  Kami bertemu pada akhir tahun 1960an di tempat yang dapat
dikatakan sebuah tanda: Rumah Jean Monnet, yang mengadakan pertemuan-pertemuan dengan para anggota “Komite Federasi Eropa.” 
  Pada saat memasuki ruangan itu pertama kali, saya melihat asap rokok yang sangat tebal dan di balik itu ada Helmut Schmidt. 
  Saya ingat pada tahun 1972 kami bertemu kembali sebagai menteri pada sebuah pertemuan internasional kenegaraan, salah satu dari kami mendapati kartu kami tertukar di meja sehingga kami dapat duduk bersebelahan dan mengomentari presentasi yang sedang berjalan. 
  Selalu ada rasa keterlibatan di antara kami berdasarkan visi dan loyalitas pribadi yang total. Helmut adalah penjelmaan dari kese- derhanaan yang luar biasa. Di mana pun dia pergi, semua orang meng- hormatinya, menghormati kepribadiannya. 
  Pada tahun 1972, beliau mengambil alih posisi seorang menteri ekonomi yang cemerlang, Karl Schiller, yang merupakan pendukung mata uang mengambang (floating currencies) dan perluasan batas ekonomi demi keuntungan perusahaan-perusahaan Jerman yang setelah itu mengalami badai dalam bisnisnya. Namun berkat kepiawaian dan kecerdasannya, Helmut menjadi salah satu pelaku penting dalam perdebatan intelektual yang berlangsung mulai dari tahun 1971 sampai 1974 tentang penghapusan sistem nilai tukar tetap Bretton Woods dan penggagasan badan keuangan internasional yang baru. Ini, menurut saya, adalah saat beliau merasa perlu untuk membangun sebuah bentuk kesepakatan baru mengenai mata uang negara-negara Eropa yang hancur karena nilai tukar mengambang. 
  Kami siap bekerja dengan kolega kami untuk memberikan masuk- an tentang kesepakatan baru tersebut. “Ular ekonomi” Eropa telah runtuh karena tekanan tren pertumbuhan yang berbeda-beda. Kami lalu menentukan prosedur yang kuat. Usaha kami pada akhirnya menunjukkan hasil pada tahun 1978-1979 dengan perbaikan sistem keuangan Eropa dan dengan diperkenalkannya Ecu, mata uang sebelum Euro.
  Helmut Schmidt sangat pantas mendapatkan penghargaan karena dia telah meyakinkan bangsanya, untuk tidak mengikuti pendapat Bundesbank, yang berarti mata uang Jerman digabungkan dengan mata uang negara-negara Eropa yang lemah pada saat itu. Dan sekedar untuk anda ketahui, untuk orang Jerman, mata uang Jerman adalah simbol negara untuk pemulihan keadaan ekonomi dan lambang keamanan dan kebanggaan. Tentunya hal ini memerlukan kekuatan persuasi seorang Helmut Schmidt dan juga memerlukan kompetensi dan kejujurannya untuk mendapatkan dukungan seluruh lapisan ekonomi masyarakat Jerman untuk menyetujui pembentukan sistem keuangan Eropa. 
  Saya sangat yakin bahwasanya tidak ada orang lain selain beliau yang dapat melakukan segalanya sampai seperti ini. Ini kenapa, berbeda dengan mereka yang ingin mendapatkan pengakuan dari terbentuknya mata uang Eropa yang baru, Helmut Schmidt berhak mendapatkan tempat yang lebih tinggi dari mereka semua. 
  Pada tahun 1986 saat kami membentuk “Komite Uni Moneter Eropa” yang menghasilkan laporan-laporan yang mengawali proses terbentuknya Euro, beliau meyakinkan komitmennya untuk Eropa di saat para penguasa sangat lamban dalam menanggapi situasi yang ada. 
  Saat ini, seluruh masyarakat Eropa harus sadar akan sebuah fakta bahwa tanpa adanya Euro di keadaan krisis sekarang ini, kita mungkin akan hancur oleh devaluasi mata uang yang sangat mungkin akan menggoncang sistem kita. Mata uang Euro ini telah menjadi tameng yang luar biasa yang melindungi semua area yang mungkin rentan oleh keadaan saat ini. 
  Hasil-hasil lain yang sangat menentukan situasi di Eropa juga telah banyak terlihat. Kita harus sangat berterima kasih pada kerja sama kita yang sangat kuat pada saat itu. Tanpa itu, kita tidak akan mungkin bisa membentuk Dewan Eropa pada tahun 1974 dan anggota Parlemen Eropa mungkin tidak akan bisa dipilih langsung oleh masyarakat Eropa pada bulan Mei sama seperti hari ini sejak 35 tahun yang lalu. 
  Namun, momentum paling dramatis dari karier politik seorang Helmut Schmidt menurut saya adalah ketika runtuhnya tembok Berlin Jerman. 
  Helmut Schmidt harus menghadapi aksi-aksi teroris yang mengeri- kan yang dilakukan oleh para ektrimis yang tidak takut mati. Ketika seorang perwakilan pengusaha dan industri Martin Schleyer diculik, saat itulah komitmen beliau sebagai seorang konselor diuji; beliau harus memilih antara hidup seseorang dan keamanan nasional, dan antara kehilangan satu warga negara atau mempertaruhkan kepentingan negara. 
  Pada tahun berikutnya, Helmut Schmidt menyampaikan bahwa hal tersebut adalah pilihan tersulit yang beliau ambil sepanjang hidupnya. Dan kita semua harus menghargai sikap berani beliau ini. 

Saat ini detik ini saat kebaikan menunjukkan wajahnya

 
Seperti yang di sampaikan Konfusius: “Seseorang dengan kebijakan dan kebaikan akan menjadikan usaha untuk menyelesaikan kesulitan atau masalah sebagai prioritas utama nya dan keberhasilan adalah hal kedua baginya.” (Analek, bk. Vi., c. xx.) 
  Dan prinsip itulah yang dijalankan oleh beliau sepanjang karier hidupnya. Dan itulah yang menjadikannya negarawan sejati, dan seorang sahabat yang baik untuk saya! 

  Selamat Ulang Tahun! 


KEYNOTE SPEECH
______________________
NILAI-NILAI ETIK DALAM
PENGAMBILAN KEBIJAKAN 

Yang Termulia Bangsawan


Malcolm Fraser
Mantan Perdana Menteri Australia
Ketua Dialog Lintas Agama di Wina 


PERTEMUAN ini ditujukan sebagai penghormatan kepada Konselor Schmidt yang juga merupakan ulang tahun yang ke 95 beliau dan juga kepada para pendiri Dewan InteraAction, terutama mantan Perdana Menteri Takeo Fukuda, dengan visi dan inspirasi yang sangat berpengaruh pada pembentukan Dewan tersebut. Selama hidupnya, Helmut Schmidt telah melihat banyak perubahan. Sebagai seorang letnan muda pada saat itu, beliau dikirim ke Rusia pada tahun 1974. Di sana beliau melihat gemerlapnya Moscow, tetapi untungnya unit beliau tidak terlibat di dalam Stalingrad. Jika saja unit itu terlibat, seluruh Eropa mungkin telah kehilangan salah satu negarawan terhebatnya. 
  Konselor Schmidt telah berusaha sekuat tenaga untuk memper- satukan Eropa, dengan mengesampingkan perseteruan lama. Beliau dalam hal ini bekerja sama dengan Presiden Giscard d’Estaing, yang hari ini juga hadir dalam pertemuan ini. Betapa hebat apa yang telah dilakukan dua negarawan ini, mereka telah memberikan pelajaran dan contoh bukan hanya untuk Dewan ini, tetapi juga untuk seluruh dunia. Prancis dan Jerman telah terkungkung lama oleh perseteruan yang rumit dan berkepanjangan. Mereka mungkin adalah tokoh-tokoh yang terpenting dalam terjalinnya hubungan baru antarnegara, kolaborasi dan kerja sama. Saya merasa beruntung dapat bersinggungan dengan mereka berdua. 
  Selamat datang pada seluruh anggota Dewan. Sambutan khusus saya berikan kepada seluruh pemimpin agama yang datang dan yang saya harapkan akan berperan aktif dalam pertemuan ini. Mereka telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan dengan mempersiapkan makalah-makalah yang relevan dengan diskusi kita ini. Saya mengucapkan terima kasih untuk itu. Selamat datang juga untuk para tamu khusus. 
  Dewan InterAction didirikan pada tahun 1983, segera setelah serangan Uni Sovyet ke Afghanistan. Tujuan utama pendirian dewan ini adalah untuk mencermati masalah-masalah jangka panjang, masalah-masalah yang terjadi karena cepatnya pertumbuhan populasi dunia, tantangan-tantangan yang berhubungan dengan praktik-praktik perusakan lingkungan hidup. Bagaimana menciptakan sebuah tatanan dunia yang damai dan sejahtera? Bagaimana cara untuk meniadakan senjata nuklir? Bagaimana mencermati masalah-masalah jangka panjang yang biasanya diabaikan oleh pemerintah? Hal-hal semacam ini menjadi perhatian Perdana Menteri Takeo Fukuda. 
  Konselor Schmidt dan Perdana Menteri Takeo Fukuda dalam hal ini berusaha untuk mengerti dan memahami etika yang diterima secara umum, yang menjadi inti dari agama-agama besar di dunia. Dialog Lintas Agama pertama digelar pada tahun 1987, yang 10 tahun kemudian menghasilkan Rancangan Deklarasi Tanggung Jawab Manusia, yang mungkin merupakan awal dari pemahaman etika yang diterima oleh agama-agama besar di dunia. 
  Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah-masalah jangka panjang ini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Salah satunya adalah pertumbuhan populasi dunia yang sangat pesat. Pada saat Perang Dunia I, populasi dunia adalah 1,7 miliar. Pada akhir Perang Dunia II populasi dunia menjadi naik hingga 2,3 miliar. Saat ini, populasi dunia mencapai 7,2 miliar dan cenderung terus bertambah dengan sangat cepat. Hal ini tentunya menjadi tantangan untuk persediaan sumber daya. Penggunaan sumber daya dengan bijaksana menjadi sangat penting mengingat jumlah populasi tadi dan juga tentunya perhatian pada masalah-masalah lingkungan. 
  Bukan hanya itu saja yang menjadi faktor penyebab mengapa masalah-masalah jangka panjang menjadi sangat penting. Selama Perang Dingin, keadaan dunia lebih stabil. Sangat kecil kemungkinan adanya konflik bersenjata yang serius, tidak seperti keadaan saat ini. Fakta bahwa ada dua negara adidaya di dunia ini telah mengganggu kestabilan tersebut. Masing-masing negara adidaya tersebut paham bahwa mereka tidak dapat memaksakan kehendak mereka dan tidak juga menginginkan terjadinya perang nuklir walaupun mereka sering kali terlibat perselisihan yang mengarah pada kemungkinan terjadinya perang tersebut. Ketidakstabilan tadi menyurut pada tahun 1991 dengan terceraiberainya negara persatuan soviet. 
  Sejak saat itu, walaupun sudah ada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, banyak negara, yang pada saat ini berjumlah sembilan, mengembangkan senjata nuklir. Bahaya akan jatuhnya senjata nuklir ini ke tangan teroris menjadi sangat mungkin terjadi. Kemungkinan terjadinya perang nuklir regional tidak dapat dianggap hanya spekulasi belaka. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa konflik regional yang seperti itu dapat memberikan akibat global pada cuaca, lingkungan, dan jaminan ke depan yang cukup serius dan juga miliaran korban kelaparan. 
  Pada tahun 1990, Perang Teluk I terjadi. Setelah perang tersebut, Presiden George H.W. Bush menyampaikan sebuah pidato yang luar biasa di depan Kongres pada tanggal 6 Maret 1991. Dia berkata, “Untuk negara kecil ini (Kuwait), maka dukungan akan datang dari negara- negara dari Amerika Utara dan Eropa, dari Asia dan Amerika Selatan, dari Afrika dan negara Arab, semua bersatu melawan agresi. Koalisi yang tidak biasa ini harus bekerja sama untuk meraih satu tujuan: untuk membangun masa depan yang tidak akan pernah disandera oleh kekejaman manusia manapun.” Ini adalah pernyataan yang sangat kami tunggu dari Amerika Serikat. 
  Presiden Bush membicarakan sebuah tatanan dunia baru. Dunia yang disebut Winston Churcil “menjalankan prinsip-prinsip keadilan dan fair play yang melindungi kaum lemah dari kaum yang kuat ...” 
  Sejak saat itu, lahirlah masa yang penuh optimisme. Perseteruan besar antara komunisme dan dunia bebas berakhir. Tidak ada musuh nyata akan semangat kebebasan. Negara-negara dapat saling bekerja sama untuk memajukan kemanusiaan dan kerukunan di seluruh dunia. 
  Adalah kedua kalinya dalam hidup saya, masa yang penuh optimisme telah menyebar ke seluruh dunia. Setelah Perang Dunia II, saat peradaban saat dekat dengan titik kehancurannya, para pemimpin dunia, mereka yang menang ataupun kalah dalam perang tersebut, merasa mereka perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki ini semua. Saat itu adalah masa emansipasi, sebuah keadaan yang ideal untuk persatuan bangsa bangsa dan semangat kebebasan dan kesetaraan tersebar di seluruh dunia. Negara-negara bersatu padu bersama-sama menuju ke arah perbaikan dunia. Sayangnya, rasa optimisme itu setelah beberapa saat menghilang. 
  Perang Dingin berlangsung selama lebih dari 40 tahun. Kekuatan politik lama mendominasi hubungan antarnegara. Ada bahaya rivalitas di situ. Kesempatan untuk membangun dunia yang koperatif antarnegara menjadi runtuh. 
  Setelah runtuhnya Uni Soviet, masa yang penuh optimisme per- lahan menghilang, politik lama yang penuh dengan kecurigaan dan ketakutan mendominasi hubungan atau kerja sama antarnegara dan bahaya yang baru pun muncul, termasuk perang pada terorisme, yang selalu disalahartikan karena sangat mudah bagi para fundamentalis untuk menyebutnya perang pada Islam. 
  Ketika rasa saling percaya antarnegara telah rusak, kita harus berusaha dan memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Kita harus mampu memandang masalah ini secara objektif dan positif. Contohnya, NATO telah berhasil menjalankan tujuannya. Eropa Barat telah mendapatkan kebebasannya. Peperangan dimenangkan tanpa adanya kontak senjata sama sekali. Kebebasan telah diraih, termasuk untuk negara-negara yang dahulunya dikuasai oleh Imperium Soviet. Saat itu adalah saat untuk menjadi lebih baik dan bijak. Saat untuk melihat jauh ke depan, dan mengesampingkan kepentingan pribadi. 
  NATO dikirim ke daerah perbatasan Rusia walaupun Presiden Gorbachev pada saat itu beranggapan bahwa sudah ada perjanjian antara dirinya dan NATO yang menyebutkan bahwa NATO tidak akan masuk ke daerah timur. Sehingga apa yang dilakukan NATO adalah tindakan yang tidak menyenangkan untuk Rusia. Negaranya sedang mengalami perpecahan. Sebenarnya masih ada jalan lain untuk mendapatkan kebebasan untuk Eropa Timur, namun NATO tetap berisi keras pada pendiriannya. Hal ini yang mungkin merupakan kesalahan besar dan fatal yang dilakukan NATO. Menurut pandangan banyak orang, kesalahan inilah yang menjadi penyebab utama permasalahan di Ukraina dan Krimea saat ini. 
  Kebijakan khusus seharusnya bisa dilakukan untuk kasus Rusia ini, agar negara tersebut percaya bahwa negara lain menginginkan nya sebagai negara partner yang kooperatif, dalam tatanan dunia baru. Dunia yang mau mendengarkan dan menghargai pendapat Rusia. Dan langkah yang dilakukan NATO menghancurkan konsep tersebut. Justru, dikembangkan dan diperbaharuinya persenjataan di Eropa Timur lebih memberikan kesan negatif pada bagaimana Rusia melihat permasalahan tersebut. 
  Mengapa prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Presiden Bush pada tahun 1991 sangat mudah diabaikan? Bagaimana harapan-harap- an besar setelah Perang Teluk seketika menghilang begitu saja? Pada akhirnya, semenjak saat itu kita semua justru hidup dalam dunia yang berbahaya dan rentan akan peperangan. 
  Konsep American Exceptonalism yang menyatakan bahwa Amerika adalah negara hebat dan berbeda dibandingkan negara lain berasal dari pendiri Amerika Serikat itu sendiri, tetapi baru akhir-akhir ini, karena Amerika Serikat memang benar-benar menjadi negara yang paling kuat, pengaruh dari konsep tadi menjadi sangat kuat dan menentukan dalam kancah dunia. 
  Morton Abramowitz, seorang duta besar Amerika Serikat untuk Turki dan Thailand dan juga salah satu pendiri Kelompok Krisis International, menulis di National Interest pada tahun 2012 tentang “Bagaimana Konsep American Exceptionalism Menghancurkan Ke- bijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat.” Di bagian tertentu, Abramowitz menulis ”Kepercayaan akan betapa berbedanya negara kita ini membuat kita tidak hanya memiliki kemampuan tapi juga merasa memiliki kebebasan untuk melakukan banyak hal yang tidak dimiliki negara lain ... alasan ini selalu kita pakai ketika kita menggunakan kekuatan militer. Jika perlu, kita juga bisa bertindak di luar hukum kita sendiri ...” dan seterusnya. Sangat menarik untuk dibaca, tulisan yang jujur dan terbuka tentang Amerika Serikat. 
  Bahkan Presiden Obama menyatakan keyakinannya pada konsep American Exceptionalism ini. Pada penggalan pidatonya dia berkata “... ketika ... kita mampu menghentikan pembunuhan anak-anak dengan gas dan dengan itu kita bisa memberikan keamanan pada anak-anak kita sendiri dalam jangka waktu yang cukup panjang, saat itulah kita harus bertindak.” “Dan itulah yang membuat Amerika berbeda. Itulah yang membuat kita istimewa.” Pertanyaannya sekarang adalah apakah hanya Amerika Serikat yang ingin menghentikan pembunuhan anak- anak dengan gas tadi? 
  Amerika memang memiliki kekuatan yang besar melebihi kita semua, namun dengan menyatakan bahwa mereka memiliki keutamaan tidak akan pernah menciptakan perdamaian dalam dunia ini. Apa yang dikatakan Presiden Vladimir Putin di New York Times adalah benar adanya. Dia berkata “adalah sesuatu hal yang sangat berbahaya ketika sebuah negara meminta negara lain untuk mengakui bahwa dirinya berbeda atau istimewa.” Hal ini berbahaya karena negara tersebut akan merasa selalu benar. Menilai sesuatu dari sudut pandangnya sendiri dan pada saat yang bersamaan buta dan mengabaikan sudut pandang negara lain. Dan pemikiran seperti ini tidak akan pernah mendukung perdamaian. 
  Ketidakmampuan untuk menerima pemikiran orang atau negara lain akan berimbas pada sulitnya kerja sama dan bahkan perdamaian. 
  Dalam usaha diplomatik apa pun, merupakan hal yang penting bagi negara manapun untuk dapat memahami dan menerima pendapat negara lain sebagai penyeimbang untuk akhirnya dapat menyimpulkan bagian yang dirasa masuk akal atau tidak untuk perjanjian atau kerja sama yang dibuat. Jika negara tersebut ingin dipahami dan diterima pendapatnya maka negara tadi tidak boleh memaksakan kehendaknya di luar batas kewajaran. Saat sebuah perundingan berhasil, pihak yang “kalah” harus mampu merelakan perasaan “kalah” tersebut karena pada dasarnya mereka telah menghasilkan sesuatu dari perundingan tersebut. 
  Masalah ini juga terjadi pada hubungan lintas agama dan internal agama sendiri. Akhir-akhir ini, pembagian antara Kristen Katolik dan Kristen Protestan di Irlandia mengarah pada aksi terorisme yang dilakukan kedua belah pihak. Kedua belah pihak mendengungkan kefanatikan pada aliran sendiri dan kebencian pada aliran lain. Ketika kedua hal tersebut telah didengungkan, sangatlah sulit untuk menariknya kembali. Kebencian yang berbasis pada hubungan agama sangatlah sulit untuk diredakan. 
  Saya pribadi percaya bahwa ada sebuah etika bersama yang bisa diterima dan diajarkan oleh seluruh agama di penjuru dunia ini. Etika tersebut mencakup nilai dasar, standar etika yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang rukun dan damai. Pemikiran ini menjadi sangat jelas dalam diskusi panjang persiapan “Rancangan Deklarasi Tanggung Jawab Manusia.” Menuliskan kalimat dan prinsip-prinsip etika bersama dalam rancangan tersebut adalah satu hal yang lumrah dicapai, namun mengajak orang-orang untuk bertindak berdasarkan rancangan tersebut bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hasil ini lah yang belum bisa dicapai oleh Dewan ini dan negara-negara di seluruh dunia. 
  Sekarang ini banyak negara barat yang beranggapan bahwa ajaran agama Islam dan pemikiran dari para ulama jihadis harus dilemahkan. Yang mereka lupa adalah Islam yang mereka maksud adalah Islam pada level extreme yang juga dikecam oleh mayoritas pemeluk Islam (Muslim) di dunia. 
  Jika kita semua, yang berasal dari negara barat ini, mau jujur dan terbuka, ada juga para fundamentalis agama Kristen di gereja-gereja evangelis. Beberapa orang menuding Islam adalah sumber dari segala bahaya dan ancaman bagi perdamaian dunia. Tudingan ini harus jelas terlebih dulu, karena fundamentalis ada di seluruh agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi. Bagaimana kita bisa menciptakan dunia yang tidak akan membuat banyak orang mengikuti jejak mereka. Ini adalah salah satu tantangan terberat untuk kita semua. Ini adalah tantangan untuk kita yang berasal dari negara barat untuk memastikan bahwa tindakan kita tidak akan memberikan argumen untuk para fundamentalis gunakan nantinya. 
  Di Timur Tengah, beberapa atau bahkan mungkin kebanyakan dari kita memandang campur tangan negara barat, mulai dari penggulingan Perdana Menteri Mosaddegh tahun 1953 sampai invasi Amerika Serikat, Inggris, dan Australia ke Irak pada Perang Teluk II telah menyebabkan banyak masalah di daerah konflik tersebut. Dari sini, tentunya sangatlah sulit untuk melihat kesuksesan kebijakan Barat dan apakah kebijakan tersebut telah memberikan pengaruh positif pada perdamaian di daerah konflik tadi. Perang Teluk I adalah pengecualian, tapi perang tersebut tidak sepenuhnya melibatkan kebijakan Barat. Pada saat itu Amerika Serikat membentuk sebuah koalisi yang terdiri dari lebih dari 30 negara, yang sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi setelah itu, invasi Irak pada tahun 2003. 
  Kekacauan yang terjadi di seluruh daerah konflik sekarang ini sepertinya akan menjadi masalah yang endemis yang mungkin akan menjadi tembok besar untuk kemajuan usaha perdamaian. Perbedaan, rivalitas, dan kebencian antaraliran Islam sudah tentu memberikan pengaruh yang luar biasa pada banyak negara di dunia. Apa yang telah dilakukan Al-Qaeda telah menjadi sumber munculnya rasa khawatir dan ketakutan akan Islam di seluruh penjuru dunia. Tetapi, seperti yang telah saya jelaskan di atas, perbedaan dalam internal suatu agama bukan hanya terjadi pada Muslim. Perbedaan ini sudah ada sejak dahulu dan telah menyebabkan kerugian yang besar yang diderita negara-negara Kristen. 
  Saat ini, Timur Tengah menjadi sorotan utama, namun Pasifik Barat sekarang ini menjadi area baru yang penuh ketegangan dan rivalitas. Dan sekali lagi, bukannya mengadopsi prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Presiden Bush pada pidatonya bulan Maret 1991, justru prinsip- prinsip yang berasal dari Perang Dingin seperti kekuasaan, containment (strategi militer Amerika Serikat untuk menghentikan penyebaran komunisme), dan rivalitas militer nampaknya perlahan muncul lebih dominan. 
  Di beberapa kawasan di dunia, ada beberapa contoh yang bagus mengenai usaha perdamaian yang efektif. Pembentukan ASEAN, yang saat ini beranggotakan 10 negara dan dapat merangkul semua anggotanya yang dahulunya bermusuhan, adalah sesuatu yang sungguh luar biasa. Keberhasilan ini diprakarsai oleh Thailand dan Indonesia tanpa adanya campur tangan Negara Barat. Negara-negara Asia ini telah berusaha dengan cara mereka sendiri dan terbukti efektif. Masih ada beberapa masalah, seperti rivalitas untuk Laut Cina Selatan, namun untuk ASEAN, permasalahan tersebut dapat diredam dan diatasi. Negara-negara ini sadar bahwa perdamaian dan kerja sama lebih penting di atas segalanya. 
  Kita juga harus ingat bahwa tidak semua anggota ASEAN tadi menganut sistem demokrasi, tapi ini tidak menghalangi kerja sama yang terjadi di antara mereka. ASEAN benar-benar telah berkembang menjadi persatuan negara-negara yang menjembatani perbedaan di antara anggotanya. Transformasi ASEAN ini dapat menjadi contoh untuk kita semua. Tidak begitu ada tanda-tanda nyata yang mengisyaratkan bahwa Negara Barat memahami ini semua. 
  Salah satu masalah yang kita hadapi adalah perubahan cepat yang terjadi di banyak belahan dunia. Contohnya, beberapa negara merasa kesulitan untuk melakukan kerja sama dengan negara yang kekuasaan, kekuatan, dan bobot ekonomi yang sedang naik daun, negara Cina. Cina memiliki sistem yang berbeda dengan Eropa, atau Amerika, tetapi sejauh ini negara ini telah mampu secara efektif menjaga kesinambungan dan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Ini sangat erat hubungannya dengan rencana Cina untuk menaikkan standar hidup masyarakatnya. 
  Transformasi inilah yang seharusnya kita pahami. Di bawah pemerintahan banyak pemimpinnya, Cina sangat fokus pada urusan dalam negerinya, tidak berinteraksi sama sekali dengan dunia luar, kecuali untuk urusan yang sangat mendesak. 
  Cina saat ini telah bangun dari tidurnya dan menjadi negara partner perdagangan utama bagi banyak negara di Pasifik Barat dan ekonomi Cina masih terus tumbuh dan berkembang dengan angka 7% per tahun. Ini dikarenakan Cina yang notabene adalah negara yang bangga akan warisan leluhurnya, pandangan dan tindak tanduknya dihargai dan mendapatkan tempat di beberapa urusan yang mencakup kawasan Asia Pasifik. Tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat agresif, yang bersifat menunjukkan bahwa ada kekuatan baru di dunia, tetapi lebih pada pengenalan budaya dan sejarah Cina. Namun, ini pun masih menimbulkan kekhawatiran untuk beberapa negara dan cenderung dilebih-lebihkan. Cina tidak pernah memiliki sejarah sebagai negara penjajah, tidak seperti negara-negara di Eropa, Amerika, dan Jepang. Tatanan baru yang terjadi di Pasifik Barat, dan bagaimana perkembangan tatanan itu, bergantung pada bukan hanya Cina tetapi juga bagaimana Amerika dan Jepang bersinggungan dengan Cina. Akhir-akhir ini, hubungan negara-negara ini sedang tidak baik. Ada rasa saling tidak percaya antara Jepang dan Cina dan muncul sebuah kekhawatiran di Amerika, dan ketidakpastian apa yang mereka akan lakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Amerika masih tidak yakin apa yang harus dilakukan memilih untuk memperkuat kekuatan militernya untuk menanggapi permasalahan ini. 
  Saya menyampaikan ini semua karena perhatian Eropa dan Amerika saat ini sangat berfokus pada Timur Tengah dengan permasalahan sulitnya mencapai kata damai untuk konflik di kawasan tersebut dan juga dengan permasalahan pasca masa Soviet, namun yang saya ingin tekankan adalah masalah yang sedang dihadapi dunia saat ini lebih besar dari itu. Pasifik Barat harus mendapatkan perhatian lebih. 
  Sejauh ini, saya banyak bicara mengenai ketegangan dan kesulitan, tapi pertanyaannya sekarang adalah apa yang harus dilakukan dan disampaikan oleh Dewan ini. Dapatkah kita mengajak dunia untuk menciptakan pemerintah yang bertujuan pada perdamaian dan pemerintah yang etis? Sebagian besar dari kita yang ada di ruangan ini telah lama meninggalkan tongkat kekuasaan dan politik. Yang memegang kekuasaan tersebut sekarang ini mungkin tidak begitu saja mau mendengarkan saran para pendahulunya. Walaupun begitu, kita seperti berada di persimpangan jalan. Kita bisa mengambil keputusan berdasarkan konsep pemerintahan etis yang akan membuka peluang besar untuk perdamaian dan kemajuan bersama, atau kita lebih memilih terjun bebas pada kemungkinan Perang Dunia III yang membuka peluang besar bagi penggunaan persenjataan nuklir. Yang mungkin dipicu oleh konflik di Timur Tengah atau dipicu oleh sengketa Laut Cina Timur yang keduanya bukan sesuatu yang kita semua harapkan. 
  Permasalahan-permasalahan ini menjadi sangat penting dari sebelumnya karena umat manusia saat ini memiliki dua cara untuk menghancurkan kehidupan di bumi ini. Ketidaktegasan Perjanjian Non-Proliferasi, keengganan negara-negara pengembang senjata nuklir untuk menghentikan aktivitasnya karena perjanjian tersebut mengharuskan negara-negara tersebut untuk segera menghentikan aktivitas nuklirnya, kemampuan beberapa negara dalam menghasilkan materi atom yang digunakan dalam proses pembuatan senjata nuklir, keberlanjutan 2000 senjata nuklir yang aktif dan siap digunakan menambah besar kemungkinan terjadinya konflik nuklir lebih besar dari sebelumnya. Bahkan sebuah perang nuklir yang sangat kecil dapat menyebabkan sebuah pulau terkontaminasi. Yang kedua adalah pengabaian masalah lingkungan, polusi udara yang dilakukan oleh manusia juga dapat menghancurkan planet ini. Beberapa dari kita yang hidup dalam lingkungan yang nyaman mungkin tidak akan terlalu bisa melihat betapa pentingnya masalah ini, tetapi dari tahun ke tahun masalah ini hanya berlalu begitu saja tanpa ada tindakan yang efektif dan nyata. 

Ada beberapa hal yang harus kita raih saat ini. 

  • 1. Perjanjian Non-Proliferasi tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Aktivitas yang berhubungan dengan nuklir sengaja diperbolehkan untuk mereka yang dianggap sebagai “teman.” Apabila bukan “teman” maka aktivitas tersebut harus dihentikan. Perjanjian Non- proliferasi harus diperbaharui. Pendapat yang sama disampaikan oleh para mantan Sekertaris Militer Pertahanan yang dipimpin oleh George Schultz, mantan Sekretaris Negara, Henry Kissinger, mantan Sekretaris Negara, Bill Perry, mantan Sekretaris Pertahanan, dan Sam Nunn, mantan Ketua Komite Senat Persenjataan, mereka semua menyampaikan bahwa senjata nuklir bukan merupakan keharusan untuk keamanan negara manapun. Oleh karena itu, pengembangan persenjataan nuklir harus dihentikan. Pemikiran ini tersebar di seluruh negara di penjuru dunia termasuk negara- negara pengembang nuklir.
  •   Situasi ini menjadi lebih genting karena lebih dari 40 negara memiliki kemampuan untuk mengembangkan bom nuklir. Ada beberapa negara yang mungkin mengembangkan senjata nuklir dan menggunakan senjata tersebut dalam beberapa bulan. Hal ini menyebabkan bahaya konflik nuklir atau kemungkinan para teroris memiliki senjata nuklir, menjadi lebih besar dari sebelumnya.
  •   Sebuah persetujuan yang mengikat mengenai pelarangan dan penghapusan senjata nuklir sangat diperlukan, dan seluruh negara bisa dan harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan persetujuan tersebut dan harus dijadikan perhatian. 

 

  • 2.Kita juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan meru- sak planet ini melalui pemanasan global dan bentuk konsumeris- me kehidupan Barat. Ini adalah fenomena baru dalam sejarah per- adaban manusia.
  •   Bagaimana kita dapat menemukan solusi untuk itu semua? Bagaimana kita memunculkan keinginan dan keyakinan untuk melakukan tindakan nyata? Masalah-masalah ini tidak akan terselesaikan kecuali ada perubahan sikap, di mana kepentingan pribadi harus dikesampingkan dan pemerintahan etis, berbasis pada pengambilan keputusan jangka panjang harus diutamakan. 

 
 

  • 3.Ada beberapa contoh yang memberikan sebuah pola dan bisa ditiru. Kerja keras Presiden Giscard d’Estaing dan Konselor Schmidt pada awal masa akhir perang untuk saling bekerja sama walaupun dahulunya kedua negara saling bermusuhan, ini merupakan hal yang bisa ditiru. Oscar Aras, seorang anggota dari Dewan ini selama bertahun-tahun Pemenang Nobel Perdamaian atas kerja keras yang dia lakukan di Amerika Tengah. Dia telah bekerja untuk kepentingan perdamaian tanpa mengenal lelah.
  •   Sayangnya, selalu saja kepentingan-kepentingan yang besar, kuat, dan komersial menghambat proses ini. Seringnya, risiko yang harus diambil untuk mencari perdamaian dan kesepakatan cukup untuk menghentikan tindakan selanjutnya dan mendorong para pemimpin untuk bertindak seadanya bahkan berlawanan dengan yang seharusnya. 

  

  • 4.Ada beberap pelajaran yang bisa diambil dari Afrika Selatan. Awalnya, banyak sekali orang-orang yang merasa bahwa para kaum kulit hitam, apabila mereka mendapatkan kekuatan, mereka akan melakukan melakukan aksi balas dendam. Nelson Mandela berpendapat bahwa Afrika Selatan harus menjadi negara yang beragam, yang di dalamnya semua pendapat warganya dianggap penting. Komisi Rekonsiliasi dan Kebenaran memberikan pola yang mungkin relevan untuk mengatasi konflik-konflik internal agama dan antarnegara. 

 

  • 5.Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) harus benar-benar dipatuhi oleh seluruh negara. Kita semua mengetahui prinsip dan ketentuan organisasi ini. Seringnya PBB justru menjadi bahan kritikan yang seharusnya ditujukan kepada anggota di dalamnya. Suara PBB adalah suara seluruh bagian konstituantenya. Para pemerintahlah yang menjalankan PBB, mereka jugalah yang mengejar kepentingan pribadinya, menutupi kesalahannya.
  •   Ketika ada tuntutan reformasi, bahkan mereka yang berada di dalam struktur pun menginginkan reformasi, perbaikan mungkin dapat dilakukan. Sebuah perubahan, yang membutuhkan sikap yang berbeda, mungkin akan membuat perbedaan di dunia. Jika negara-negara yang hebat dan kuat memutuskan untuk mematuhi peraturan PBB dan tidak melanggar peraturan tersebut ketika peraturan tersebut tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, perubahan inilah yang membuat perdamaian sangat mungkin terjadi. 

 

  • 6.Peraturan yang ada di PBB tercermin jelas dari kemajuan kerja sama yang dibuat oleh ASEAN, yang sudah saya sebutkan di awal tadi.
  •   Pertemuan ini tidak akan mungkin menyelesaikan masalah, itu bukan tujuan kita, tetapi kita dapat berfokus pada sebuah proses, dapatkah pemikiran bijak yang kolektif memberikan motivasi bagi negara-negara tadi untuk bertindak dan juga menyarankan untuk mencari cara, bagaimana memotivasi pemerintah untuk bertindak dan menyediakan tempat yang lebih aman. Kita dapat menggaris bawahi permasalahan ini bersifat mendesak untuk seluruh dunia. Kita dapat menekankan pada pentingnya tindakan yang nyata dan efektif. Kita juga dapat menekankan bahaya yang mungkin menimpa kita nantinya.
  •   Diterimanya satu standar etika, yang digunakan dalam internal agama dan antara agama dan negara, merupakan syarat utama sebuah dunia yang penuh keadilan dan perdamaian. 

 
  Saya berharap dalam diskusi selama dua hari ke depan, kontribusi anda semua dapat membantu mewujudkan pemikiran kita sehingga ada motivasi untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan menggantinya dengan pemerintahan yang beretika. Jika kita mampu mencapai hal tersebut, kita akan mencapai apa yang Takeo Fukuda dan Helmut Schmidt inginkan tercapai pada awal terbentuknya Dewan ini. 

 

UCAPAN SELAMAT DATANG


Y.M. Dr. Franz Vranitzky
Mantan Konselor Austria
Ketua, Dewan InterAction dan
Ketua Penyelenggara Dialog Lintas Agama di Wina 

Yang terhormat Bapak Presiden
Yang terhormat hadirin sekalian 

SAYA merasa sangat terhormat karena telah diperkenankan untuk menyambut anda semua di Kota Wina yang indah ini dan khususnya menyambut anda semua di dialog lintas agama ini. 
  Lebih dari 30 tahun yang lalu, Perdana Menteri Takeo Fukuda berada di sini di tempat ini bersama dengan banyak mantan kepala negara dan pemerintahan yang di antara mereka semua hanya Malcolm Fraser dan Presiden Obasanjo yang hadir pada hari ini, untuk mendirikan Dewan InterAction. Saya hanya berangan-angan, apabila salah satu dari mereka diberi pertanyaan berapa lama kira-kira organisasi ini akan bertahan, saya sangat penasaran apa kira-kira jawaban mereka. Terima kasih sebesar-besarnya pada pemerintah Jepang yang telah menyokong pendanaan acara ini setiap tahun—yang tentunya juga dengan dukungan negara lain. Yang kedua terima kasih saya berikan pada dewan ini yang memiliki anggota yang sangat gigih, berkemampuan dalam melakukan analisa persepsi dan prediksi, kita masih hidup sampai hari ini, dan kehadiran kita semua menjadi bukti untuk itu. 
  Saya berpendapat dan percaya bahwa kita akan mampu mengi- rimkan pesan ini ke dunia, pesan yang menekankan betapa penting dan penuh harapan apabila kita saling bertukar pikiran dan mencoba untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain tentang masalah- masalah yang kontroversial. 
  Dua ratus tahun yang lalu, pada tahun 1814, kekuatan utama politik dan diplomasi Eropa berada di Wina dengan tatanan politik baru terbentuk di Eropa pada masa pasca Napoleon. Perdamaian tercipta, namun tidak bertahan lama. 
  Pengalaman mengajarkan kita bagaimana menciptakan dan mempertahankan perdamaian akan terus menjadi tantangan untuk selamanya. Dewan InterAction lah yang merancang pemikiran- pemikiran dasar untuk menangani tantangan ini. 
  Pada tahun 1996, sebuah Kelompok Ahli di bawah kepemimpinan Helmut Scmidt di Wina—Sekali lagi, salam Helmut-beberapa hasil dari kelompok tersebut adalah: seperti yang diajarkan Aristoteles, “manusia adalah makhluk sosial. Karena kita pasti hidup bersama masyarakat— karena kita harus hidup berdampingan dengan harmonis—manusia membutuhkan aturan dan larangan.” Etika adalah standar minimum yang dapat mungkin dapat menciptakan kerukunan. Tanpa etika dan kemampuan menahan diri, manusia seperti berada di dalam hutan. Oleh karena itu, marilah kita memulai diskusi kita dengan tetap menjaga semangat tadi. 


SAMBUTAN PEMBUKAAN


Yang Termulia Bangsawan


Jean Chretien
Mantan Perdana Menteri Kanada dan
Ketua, Dewan InterAction 

Yang terhormat Bapak Presiden Federal
Yang terhormat Ibu Presiden
Yang terhormat hadirin sekalian 


Saya sangat bahagia bisa kembali ke Wina, sebuah kota yang indah dan kaya akan sejarah. 
 
Sama seperti Helmut Schmidt, saya juga baru saja merayakan hari ulang tahun saya. Saya berulang tahun yang ke 80. Dan sama seperti Helmut juga—dan mungkin semua yang ada di sini yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu—kita semua masih aktif. Anda semua tahu, di Kanada, walikota negara terbesar ke enam ini pada akhirnya akan pensiun tahun ini—dia berumur 93 tahun. 
  Saya mengatakan ini semua karena kami yang mantan kepala negara dan pemerintahan ini masih memiliki banyak hal untuk disumbangkan. Pemikiran kami. Kami masih memikirkan masalah-masalah global. Yang lebih penting adalah kami tidak lagi harus mewakili negara kami masing-masing tetapi saat ini pada titik karier kami ini, kami dapat menjadi perwakilan kami sendiri sebagai individu yang berasal dari seluruh negara. Walaupun saya masih termasuk anggota baru dewan ini, saya berterima kasih kepada para anggota yang menjadi pendiri dewan. Mereka telah mendirikan sebuah forum yang di dalamnya para mantan pemimpin dapat mempraktikkan kearifan kebersamaan dan menangani masalah dunia yang paling pelik. 
  Pada pertemuan pertama Dewan di Wina, para pendiri mencatat bahwa perdamaian dunia sedang terancam oleh dua hal—politik militer dan ekonomi—dan mereka sepakat untuk memprioritaskan dua hal yang masih menjadi tujuan utama kerja keras kita saat ini: menciptakan perdamaian dan pelucutan senjata, dan revitalisasi perekonomian dunia. Ketika kita memulai dialog lintas agama ini, kita sudah sangat tahu bahwa perang tengah mengancam perdamaian dan keamanan di Eropa Timur dan juga ketidaksetaraan antara si kaya dan si miskin menghambat hubungan antarindividu dan juga antarnegara. 
  Pada tahun 1987, Dewan menyelenggarakan sebuah pertemuan pemimpin agama di Roma, dialog Lintas Agama pertama dalam sejarah, dan mulai saat itu kita semua bekerja keras untuk menciptakan standar etika yang universal yang bahkan saat ini masih sangat diperlukan seperti 30 tahun yang lalu. Kita memiliki kelompok ahli yang hebat yang berkumpul bersama kita hari ini di Wina. Namun, secara khusus, Dewan sangat berterima kasih sekali kepada Profesor Hans Kung, seorang teolog besar, yang terus memberikan pengarahannya dan kehadirannya sangat dirindukan minggu ini. 


UCAPAN TERIMA KASIH

Yang Termulia Bangsawan Jean Chretien
K A I CI I D 

ATAS nama Dewan InterAction, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Sekretaris Jendral Faisal Bin Muaammar dan Pusat International King Abdullah untuk Dialog antara Agama dan Budaya (KAICIID) yang merupakan tuan rumah pada sore hari ini.
  Keindahan dan sejarah Wina melebur menjadi satu dalam organisasi ini, yang bermarkas di Palais Sturany. Kita semua akan meninggalkan Wina dengan kenangan indah dan alegori yang menakjubkan yang menghiasi langit-langit Gustav Klimpt. 
  Seperti yang sudah kita dengar bersama, visi KAICIID adalah menjadi katalis untuk dialog antarpemeluk agama dan kebudayaan yang berbeda di seluruh dunia. Pada jangka waktu yang pendek sejak organisasi ini diresmikan pada bulan November 2012, pusat ini telah menunjukkan hasil kerja yang luar biasa, telah menyelenggarakan delapan pertemuan regional, dan dua forum berkelas internasional.
Di masa sekarang ini yang penuh ketegangan dan konflik di banyak tempat di dunia, kita harus sangat menghargai komitmen negara pendiri untuk menciptakan organisasi independen internasional di bidang perdamaian. 
  Dewan InterAction dapat melihat dengan jelas komitmen Raja Abdullah dalam penyelenggaraan dialog agama. Melalui visi nya yang sangat luar biasa, KAICIID bisa didirikan. Pada tahun 2009, beliau mengundang kita ke Saudi Arabia untuk bertemu dan berdiskusi dengan topik “Menjembatani Perbedaan” pada saat itu. Makalah-makalah yang dihasilkan dewan ini disusun menjadi sebuah buku, yang publikasinya disponsori oleh Bapak Suleiman Al-Herbish melalui dana OPEC. Untuk semua yang telah mendukung terselenggaranya dialog-dialog tersebut, saya mengucapkan terima kasih. 
  Terima kasih sekali lagi saya sampaikan kepada Sekretaris Jendral Muamar dan KAICIID sebagai tuan rumah sore ini. Selamat berdiskusi untuk hadirin semua. 


INDONESSIAN Ver.